Sabtu, 07 September 2013

TAFAKUR (TATA CARA BERSERAH DIRI KEPADA ALLAH)

Ibarat Bayi Tidak Bisa Apa-apa.

Tafakur adalah perilaku seseorang dalam
rangka berserah diri pada Tuhan.Ia tidak tahu
apa-apa,karenanya tidak mempunyai
tujuan.Ibarat bayi yg hanya manut-manut
saja,menjalankan pepesten(takdir).Apa saja
diterima.Duduk tafakur melakukan
perenungan.Bagaimana tafakur yg benar?
Tafakur berbeda dengan
meditasi.

Perbedaannya pada: tata cara dan
aturan-aturan khusus.Tafakur adalah
mengheningkan cipta,tafakur memusatkan
segenap pikiran (dengan meniadakan segala
hasrat jasmaniah).Aturan khususnya,diam
dengan posisi duduk tegak(bersila).Mengatur
pernapasan sedemikian rupa,halus,keluar
masuknya nafas tidak boleh tersedak-sedak
(megap-megap).

orang yg melakukan tafakur adalah orang yg
tidak tahu,belum mengerti apa-apa,tidak
memiliki apa-apa.Bertafakur berarti melakukan
perenungan.Berserah diri.Intinya pendekatan
diri kepada tuhan sama sekali tidak memiliki
tujuan juga tidak memiliki keinginan atau
tuntutan.

Orang yg melakukan tafakur diibaratkan
bayi.Tidak tahu apa-apa,tidak tahu mana arah
utara,selatan,timur maupun barat.Ia tidak
memiliki kemampuan apa-apa,sehingga
dipukul,dibentak,dibunuh atau diapakan diam
saja.apakah bayi itu akan diberi umur hanya
2tahun atau hidup sampai 100tahun,hanya
menjalani saja.

Panembahan.

Orang yg berserah diri pada tuhan sudah
barang tentu berkaidah dengan panembahan
(menyembah).Orang yg beribadah,yg perlu
dipahami bahwa panembahan yg dimaksud
bukan sholat.Sebab,bertafakur tidak sama
dengan sholat.Tetapi menyembah dalam arti
beribadah.Tata caranya dengan duduk
bersila,mengosongkan pikiran,berkonsentrasi
penuh.
Karena menyembah ,maka berhubungan
dengan tuhan.orang yg sedang melakukan
kontak dengan Tuhan,alam pikir harus
dikosongkan.Pikiran yg macam-macam,ingatan
yg macam-macam,keinginan keinginan yg
macam-macam,harus diusir jauh-jauh.Yg harus
difungsikan adalah hati.suara hati,jeritan
hati,keinginan hati untuk menuju Tuhan.
Melakukan tafakur bukan berarti diam
membisu dan mematung.Secara fisik memang
demikian,tapi dalam ruhani harus
ramai,bergemuruh ramai dalam
diam,bergemuruh dalam kesunyian.Yg ramai
ialah suara hati.

Selaras.

Agar pikiran tidak melayang ke mana-
mana,maka harus diisi.Isinya adalah
dzikir.Dzikir yg harus dibaca,harus selaras
antara hati dan pikiran.Artinya,dzikir yg dibaca
didengar sendiri,dibaca terus menerus,diresapi
dan dijaga sedemikian rupa agar alam pikir
tidak melayang kemana-mana.kalau pikiran
keluar jalur,harus dikembalikan ke jalur
hati,sehingga terjaga terus.Dzikir yg harus
dibaca banyak sekali.Setiap guru punya
anjuran sendiri-sendiri.ada yg mewajibkan
berdzikir kalimat tauhid"Laa ilaaha illallah".Ada
yg kalimat pendek mengambil dari asmaul
husna ,misalnya " Yaa hayyu yaa Qoyyum".

Tapi,biasanya untuk penyerahan diri adalah
berdzikir memuji Tuhan,yaitu membaca tasbih
"Subhaanallah walhamdulilah walaailla
haillallahu allahu akbar laa haula wala quwwata
illa billahil aliyyil adzim.Kalimat dzikir tsb dibaca
dalam kondisi duduk bersila secara terus
menerus.Tidak merasa bosan.Malahan harus
merasa enjoy.Jika sudah merasa enak,maka
senantiasa akan kurang.Lamanya juga tidak
diperdulikan
Waktu untuk bertafakur sebenarnya tidak ada
aturan,bisa siang,sore,pagi,atau malam.Tetapi
yg paling baik dilakukan pada tengah malam
tatkala orang-orang sudah terlelap,sehingga
memperoleh kesunyian-kesunyian di malam
hari.

Dzikir dalam tafakur berarti suara hati.Tanpa
suara,tanpa kata-kata juga gerakan-gerakan.Ini
berbeda dengan tata cara berdzikir yg ada
cara duduk,gerakan badan dan suara.Ada
geleng-geleng ,manggut-manggut dan lainnya.

Smber : Ki Tapak Nur Sejagat

Hakikat Sabar

Sabar menempati posisi yang sangat istimewa
dalam ajaran Islam. Ia adalah pilar kebahagiaan
seorang hamba, sikap terpuji (akhlaqul karimah)
yang patut dimiliki guna meningkatkan derajat
manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi,
dan merupakan sifat yang dapat mengendalikan
emosi dari perilaku yang tercela. Sabar juga
merupakan saran untuk meraih pertolongan
Allah secara cepat.

Makna dan Hakikat Sabar
Secara bahasa, sabar artinya 'menahan' (al-
habsu), maik dalam perngertian fisik seperti
menahan rasa sakit akibat pukulan yang keras,
sakit yang berat, dan pekerjaan yang
melelahkan, maupun dalam pngertian psikis
seperti menahan diri dari godaan hawa nafsu
dan menahan diri dari suatu penderitaan, baik
karena menemukan sesuatu yang tidak
diinginkan maupun karena kehilangan sesuatu
yang disenangi.

Kata sabar , asal kata 'sabar', terdiri dari tiga
huruf, yakni shad, ba', dan ra'. Makna kata
tersebut berkisar pada tiga hal, yaitu 'menahan',
'ketinggian sesuatu', dan 'sejenis batu'. Dari
akar kata ini, juga diperoleh bahwa arti, antara
lain 'gunung yang tegar', 'batu yang kokoh',
'awan yang menaungi', 'tanah yang gersang',
dan 'sesuatu yang pahit'.
Menurut Al-Ashfahani, sabar memiliki nama yang
bervariasi sesuai artinya dan tergantung pada
konteksnya. Tabah dalam menghadapi musbiha
dinamakan shabar, lawan katanya adalah al-juz'u
yang berarti 'keluh kesah'. Tabah dalam
menghadapi syahwat perut dan seks dinamakan
'iffah, yang berarti 'kehormatan' atau 'martabat
diri'. Menahan diri dalam hal kekayaan disebut
zuhud, lawannya adalah bathar yang berarti
'lupa daratan'.

Dalam konteks peperangan, tabah dinamakan
syaja'ah yang berarti 'berani', lawan katanya
adalah al-jubnu yang berati 'pengecut'. Tabah
dalam perasaan yang melegakan dinamakan
rahaba ash-shadru yang berarti 'lapang dada',
lawan katanya adalah adh-dhajru yang berarti
'sempet hati'. Menahan marah disebut hilm,
lawannya adalah menggerutu.
Tabah dalam kaitan dengan bagian rezeki dari
Allah disebut qana'ah yang berarti 'rela' datau
'puas', lawannya adalah thama', yang berarti
'rakus'. Terakhir, menahan pembicaraan yang
tidak pernting dinamakan kitman, yang berarti
'menyembukikan', lawannya adalah bingung
atau gelisah yang membuat omongan tidak
karuan.

Secara istilah, sabar memiliki arti yang
beragam. Berikut ini pendapat para ulama
mengenai pengertian sabar.

1. Al-Gazali menjelaskan, sabar adalah
kesanggupan untuk mengendalikan diri
ketika hawa nafsu bergejolak atau
kemampuan untuk memilih melakukan
perintah agama tatkala datang desakan hawa
nafsu. Artinya, saat nafsu menuntu kita
berbuat sesuatu, kita memilih melakukan apa
yang dikehendaki oleh Allah.

2. Ibnu Qayyim Al-Juziyah mengatakan, sabar
adalah menahan perasaan dari gelisah, putus
asa, dan amarah,menahan lidah untuk tidak
mengeluh, dan menahan anggota tubuh
untuk tidak menyakiti orang lain.

3. Asy-Syarifah Ali Muhammad Al-Jurjani
menyebutkan, sabar adalah sikap tidak
mengeluh karena sakit, baiak karena Allah,
Apalagi bukan karena Allah.

4. Junaid Al-Baghdadi mengibaratkan sabar
dengan "mereguk sesuatu yang pahit tanpa
cemberut".

5. Dzun Nun Al-Misri Mendefinisikan sabar
dengan "menjauhi larang, tenang ketika
menenggak musbiah, dan menampakkan diri
sebagai orang yang cukup meski bukan
orang yang berada".

6. Abu Qasim Al_Junaidi menuturkan bahwa
sabar adalah menahan diri atau membatasi
jiwa dari keinginan – keinginannya demi
mencapai sesuatu yang lebih baik, atau
bertahan dalam kesempitan dan himpitan.

7. Al-Qusyairi mengertikan sabar sebagai sikap
menerima dengan penuh kerelaan ketetapan-
ketetapan Tuhan yang tidak terelakkan lagi.

Dari berbagai pengetian di atas, dapat
dipahami bahwa sabar adalah gambaran
jiwa seseorang dalam menghadapi aneka
cobaan dan persoalan hidup dengan tetap
semangat melakukan usaha, gigih dan
tidak putus asa, sambil berpegangan
teguh pada tuntunan Allah SWT.

Sumber : Rahasia Superdahsyat dalam
SABAR & SHALAT

Jumat, 06 September 2013

Hakikat Bersyukur

Berkaitan dengan hakikat syukur kepada Tuhan,

Khajeh Nasiruddin Thusi yang populer dengan

panggilan "gurunya manusia", menjelaskan

bahwa salah satu unsur dari bersyukur adalah

Perbuatan (amal). Ia mengatakan bahwa

perbuatan ini harus tampak dari tiga aspek, yaitu

hati, lisan, dan anggota badan.

Ia menjelaskan, perbuatan hati adalah

mengagungkan, memuliakan, dan memuji Allah

Swt, serta bertafakkur atas ciptaan dan karunia-

Nya, juga bertekad untuk menebar kebaikan

kepada seluruh hamba Allah Swt.



Dan perbuatan lisan adalah lisan yang senantiasa

dipenuhi dengan ucapan syukur, pujian, dan

pengagungan kepada Allah Swt, serta lisan yang

dipenuhi dengan amar maruf dan nahi munkar.

Sedangkan perbuatan anggota badan adalah

menggunakan seluruh anggota badan di jalan

yang diridhai oleh Allah Swt, dan tidak

menggunakannya di jalan yang dimurkai-Nya.



Dengan demikian, jelas bagi kita bahwa hakikat

syukur mempunyai makna yang sangat luas. Dan

bersyukur juga merupakan bagian dari

kesempurnaan. Akan tetapi, sangat sedikit dari

para pengguna nikmat ilahi itu yang menerapkan

hakikat syukur tersebut. sebagaimana dikatakan

dalam al-Quran, surah saba, ayat 13, "Dan sedikit

sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur"



Sumber :

Buku : taubat dalam naungan kasih sayang

Karya : Ayatullah Husein Ansariyan

BILA MENGENALI JEJAK TUHAN HANYA DENGAN KECERDASAN INTELEKTUAL

Apakah bila semakin cerdas orang akan bisa
mengenali dan mengakui keberadaan Tuhan?
Atau sebaliknya semakin bodoh maka orang
semakin tidak mampu mengenali bayangan jejak-
jejak Tuhan? Kami tergelitik untuk menanyakan
hal ini karena jaman kita diliputi oleh semangat
memaksimalkan peranan kecerdasan otak, tidak
hanya di lingkungan lembaga pendidikan formal
tetapi juga sampai di sel terkecil hubungan sosial
manusia yaitu keluarga.
Tidak bisa dipungkiri, dunia pendidikan saat ini
harus merespon tuntutan global untuk bersaing
di era pasar bebas. Yaitu sebuah era yang
ditandai dengan semakin majunya teknologi
karena kreativitas dan inovasi untuk meraih
keunggulan finansial dan ekonomi. Dunia
pendidikan yang tidak bisa menyesuaikan diri
dengan situasi dan kondisi global dipastikan akan
gulung tikar dan tidak lagi diminati oleh
masyarakat.

Mereka yang tidak kreatif dan inovatif akan juga
dilibas jaman. Mereka akan tersingkir dari bursa-
bursa lowongan kerja dan kemudian tidak
mampu berbuat banyak untuk mengubah
keadaan. Kemiskinan itu sangat tidak nyaman
sehingga wajar dan manusiawi bila orang
berlomba-lomba untuk mendapatkan kerja yang
paling ideal dan paling banyak menghasilkan
uang.
Bursa-bursa kerja akan terus terbuka bagi mereka
yang kreatif, profesional, memiliki dedikasi dan
integritas yang tinggi. Apalagi ditunjang dengan
pendidikan yang tinggi, bagus dan terkenal.
Lihatlah iklan lorongan pekerjaan di media massa.

Rata-rata mensyaratkan agar pelamarnya berasal
dari perguruan tinggi yang terkenal (ada jaminan
otaknya encer?), usia muda, berpenampilan
menarik dan sukur-sukur berwajah cantik.
Begitulah, kecerdasan otak menjadi hal yang
wajib untuk dipenuhi oleh jaman nanoteknologi
saat ini. Dan dalam psikologi, kecerdasan otak
memiliki standar yaitu Intelligent Quotient (IQ).
Rumus IQ adalah IQ = MA/CA x 100%. MA adalah
Usia Mental dan CA adalah usia kronologis.
Semakin tinggi Usia Mental dibanding dengan
Usia Kronologis maka IQ orang tersebut akan
tinggi dan semakin cerdaslah orang tersebut.
Banyak dijumpai saat ini anak jenius, yaitu anak
yang usia mentalnya melebihi usia kronologis
anak sebayanya, gaya bicara dan berpikirnya
seperti orang tua, bahkan banyak yang sudah
hapal Kitab Suci. Tapi banyak pula lahir anak
idiot, yaitu anak yang usia mentalnya tertinggal
dibanding usia kronologis teman-teman sebaya
mereka.

Boleh dikatakan abad 21 adalah abad dimana
otak telah dijadikan pusat orientasi. Dengan Otak
yang encer maka semua solusi hidup bisa
dipecahkan, namun sebaliknya dengan otak yang
bebal maka solusi menjauh, justeru yang datang
adalah masalah demi masalah. Untuk mencapai
kebahagiaan dan kepuasan hidup maka tidak ada
cara lai selain harus mengasah ketajaman otak
setajam-tajamnya.
Kita tidak menyangkal titik orientasi jaman yang
sudah berubah ini.

Sejarah membuktikan orientasi manusia telah
bergeser dari alam semesta (kosmosentrisme),
dari Tuhan (teosentrisme), dari manusia
(antroposentrisme), untuk memasuki wahana
bahasa (logosentrisme) yang merupakan
permainan artikulasi dan representasi dari isi otak
dan pikiran manusia. Logosentrisme memiliki ciri
utama yaitu reperesentasi, hanya wakil dari
realitas. Bukan realitas itu sendiri sehingga yang
terjadi adalah realitas maya/jadi-jadian dan dibuat
lebih (hiper).
Otak memiliki kecenderungan untuk memilah,
memilih, membedakan satu dengan yang lain,
mengkanalisasi setiap hal dalam kategori-
kategori. Ini adalah kegiatan menganalisa. Otak
juga memiliki kemampuan yang hebat untuk
mensintesakan, menyimpulkan dari kegiatan
menganalisa tersebut. Itulah kedahsyatan otak
yang terus menerus diasah di bangku-bangku
lembaga pendidikan modern dan tradisional, di
pondok-pondok pesantren, perguruan-perguruan,
padepokan-padepokan dan seterusnya.
Pertanyaannya sekarang apakah kepintaran selalu
simultan/seiring/senyampang dengan
perkembangan ruhani untuk mencari hakekat
dan jati diri individual untuk kemudian akan bisa
mendapatkan jawaban-jawaban tentang soal-soal
Ketuhanan, Kemanusiaan, Keadilan, Kebebasan,
Keadilan dan nilai-nilai lain, dan seterusnya dan
seterusnya. Bila sudah mendapatkan jawaban
apakah mereka akan semakin bijaksana dalam
berperilaku dan berbuat?
Jawaban sementara yang merupakan hipotesis

saya sbb: TIDAK ADA JAMINAN. Banyak orang
pintar yang kreatif dan inovatif mengolah
hidupnya, menguasai banyak materi untuk
memenuhi keinginan hidup (bukan kebutuhan
hidup) ternyata miskin dan tidak cerdas secara
spiritual. Kemandirian dan otonomi manusia
bebas manusia untuk menyimpulkan SANGKAN
PARANING DUMADI ternyata tersingkir/
tercampakkan untuk memenuhi hasrat manusia
akan materi yang dianggapnya sumber
kebahagiaan. Manusia seperti ini akan limbung
dan berjalan tanpa arah serta tujuan hidup yang
lurus. Ia tidak mampu mengenali jejak-jejak
kehadiran Tuhan baik yang ada dalam dirinya
sendiri (Mikrokosmos) dan juga yang ada di alam
semesta (Makrokosmos)

Mari kita amati. Kebetulan, sehari-hari saya
bekerja melayani masyarakat dari berbagai
kalangan. Mulai yang hanya lulus SD, hingga
tamat perguruan tinggi strata dua. Jenis dan
jenjang status sosial serta pangkat dan derajat
yang beragam pula. Apakah mereka yang
berpangkat, memiliki jabatan dan pendidikan
tinggi ternyata memiliki jiwa kemanusiaan yang
lebih tinggi daripada mereka yang hanya lulus
SD? Tidak bukan. Selanjutnya, tidak ada jaminan
pula yang satu akan lebih tinggi tahapan
pencapaian spiritualitasnya.
Adalah sangat tidak adil bila Tuhan ternyata
mengistimewakan yang satu dan bersikap pilih
kasih. Bila Tuhan Maha Adil, maka dia akan
menciptakan manusia menjadi individu-individu
sesuai dengan kapasitasnya dan mengadili sesuai
dengan kapasitasnya pula. Misalnya Tuhan
menciptakan individu bernama D dan dilahirkan
ke dalam keluarga mampu. Sementara di lain
tempat dia menciptakan individu bernama S
dalam keluarga yang tidak mampu. Nasib
selanjutnya kedua individu ini tentusaja sangat
tergantung pada batas-batas tertentu meskipun
Sumber daya Manusia-nya sudah diolah secara
maksimal. Nah, apa dan bagaimana si individu
tersebut berhasil untuk menemukan jalan hidup
yang sesuai dengan yang digariskan oleh-Nya,
terserah kepada individu itu sendiri. Ini tentu
sebuah persaingan fair berebut tiket menuju
keabadian.
Mengolah hidup tidak hanya dengan memakai
akal, pikiran, rasio, otak kiri saja namun juga
perasaan, budi, otak kanan untuk
mempertimbangkan benar salah. Keduanya perlu
dipertajam. Otak kiri dengan cara menganalisa,
otak kanan dengan cara merasa, meyakini,
mempercayai. Bila keduanya sudah diolah
sedemikian hingga tercapai batas maksimal
kecerdasan, maka dia pasti akan menemukan apa
yang dicari. Berat sebelah menggunakan dua
belah otak akan mengakibatkan stress, tertekan,
dan bahkan bisa jadi sakit mental.
Adalah sebuah pesan yang perlu
dipertimbangkan bahwa bila pikiran kita sedang
suntuk maka istirahatkan dengan rekreasi dan
refreshing. Bila hati kita sedang gundah dan
putus asa maka segarkanlah dengan cara
merasakan kedamaian Tuhan. Berkomunikasi
intensif sekaligus meminta pertolongan kepada
Sang Pemberi Hidayah. Mengenai bagaimana cara
yang terbaik untuk berkomunikasi? Terserah
Anda.

Smber kwa

Ilmu Meringankan Tubuh logika

Pernah dengar ilmu ini? Apa yang akan anda lakukan jika ternyata tanpa anda sadari, anda sudah memiliki ilmu ini? Menjadi atlet lompat tinggiatau lompat jauh?Mendaki gunung terjal? Atau lainsebagainya, terserah anda!
Kalau dikaji sedikit lebih dalam, ternyata kita juga bisa memiliki tubuh yang ringan, melangkah atau bahkan berlari dengan sangat ringan.Terus, apa ada syarat-syarat khusus agar bisa memiliki ilmu ini?Misalnya puasa selama berhari-hari tanpa makan, tidur di kuburan, atau melakukan suatu amalan khusus lainnya?Sebenarnya, syarat yang harus dimililki tidak perlu yang menyiksa diri seperti tadi. Cukup satu saja, apa itu?
Itu adalah ikhlas.
Lha koq bisa?! Emangnya kalau kita ikhlas atau rela, kita bisa meringankan tubuh kita?!
Begini penjelasannya. Ilmu meringankan tubuh di sini bukan berarti tubuh kita menjadi lebih ringan dalam artian sebenarnya. Yang mulanya punya berat badan 80, trus jadi 60 atau lebih.Kalau gitu resep diet dengan ikhlas saja donk!!Bukan seperti itu. Tapi meringankan tubuh di sini memiliki arti yang secara tidak langsung.Lha gimana lagi arti yang tidak langsungnya? Jadi bingung?!Sebagai contoh, jika kita melangkahkan kaki kita ke suatu tempat, langkah kita menjadi ringan, ada orang bilang seperti berjalan di atas angin.Impossible!! Masa'bisa cuma dengan ikhlas langkah kita jadi ringan?Tidak percaya? Coba buktikan sendiri!!
Pernahkah anda menyadari ketika anda melangkahmenuju suatu tempat yang anda sukai atau tempat apapun itu anda akan senang berada di sana, langkah anda terasa begitu ringan. Entah ituketika berangkat ke tempat kerja karena akan mengambil gaji, pergi ke rumah teman karena akan ditraktir makan, pulang ke kampung halamankarena kangen dengan keluarga, atau bahkan pergi ke rumah pacar. Langkah anda terasa begituringan.Koq bisa?Tak perlu ditanya lagi, itu karena anda ikhlas, dan anda menyukainya. Coba anda enggan melakukannya, anda tidak ikhlas, maka langkah anda akan terasa begitu berat, bahkan seakan-akan perjalanan yang anda tempuh akan terasa lama dan begitu melelahkan. Apa yang andarasakan ketika anda dipanggil oleh bos anda karena anda melakukan kesalahan? Langkah anda menuju ke ruang bos anda akan terasa begitu berat. Itu karena anda enggan pergi ke sana karena anda sudah tahu kalau nanti anda akan menerima kemarahan bos anda. Hal ini berbeda jika anda dipanggil ke ruang bos anda karena andaakan dipromosikan ke kedudukan yang lebih tinggidari sekarang. Dan masih banyak lagi contoh-contoh di kehidupan sehari-hari. Dan anda lebih mengetahui kehidupan anda sendiri.
Jadi kalau anda ingin memiliki ilmu meringankan tubuh, maka ikhlaslah atau sukailah apa yang akananda lakukan. Cukup itu kuncinya. IKHLAS. Dan kunci ini juga berguna untuk meringankan pekerjaan yang anda lakukan. Masih tidak percaya?Buktikan sendiri!!

Mengenal Jati diri Kita

Siapa sejatinya diri kita sebagai
manusia ? Pertanyaan ini sederhana, dapat
dikemukakan jawaban paling sederhana,
maupun jawaban yang lebih rumit dan rinci.
Jawaban masing-masing orang tidak bisa
diukur secara benar-salah. Cara menjawab
siapa diri manusia hanya akan mencerminkan
tingkat pemahaman seseorang terhadap
kesejatian Tuhan. Hal ini sangat
dipermaklumkan karena berkenaan dengan
eksistensi Tuhan sendiri yang begitu penuh
dengan misteri besar. Upaya manusia
mengenali Sang Pencipta, ibarat jarum yang
menyusup ke dalam samudra dunia. Yang
hanya mengerti atas apa yang bersentuhan
dengannya. Itupun belum tentu benar dan
tepat dalam mendefinisikan. Tuan memang
lebih dari Maha Besar. Sedangkan manusia
hanya selembut molekul garam. Begitulah jika
diperbandingkan antara Tuhan dengan
makhlukNya. Namun begitu kiranya lebih baik
mengerti dan memahamiNya sekalipun hanya
sedikit dan kurang berarti, ketimbang tidak
samasekali.
Secara garis besar dalam diri manusia
memiliki dua unsur entitas yang sangat
berbeda. Dalam pandangan ekstrim dikatakan
dua unsur pembentuk manusia saling
bertentangan satu sama lainnya. Tetapi kedua
unsur tidak dapat dipisahkan, karena
keduanya sebagai satu kesatuan yang tak
terpisahkan. Terpisahnya di antara kedua
unsur pembentuk manusia akan merubah
eksistensi ke-manusia-an itu sendiri. Yakni di
satu sisi terjadi kerusakan/pembusukan dan di
sisi lain keabadian. Umpama batu-baterai yang
memiliki dua dimensi berbeda yakni fisiknya
dan energinya. Kedua dimensi itu menyatu
menjadi eksistensi batu-baterai berikut
fungsinya. Dua unsur dalam manusia yakni;
immaterial dan material, metafisik dan fisik, roh
dan jasad, rohani dan jasmani, unsur Tuhan
dan unsur bumi (unsur gaib dan unsur
wadag). Marilah kita urai satu persatu kedua
unsur pembentuk eksistensi manusia tersebut.
Unsur Bumi
Jasad manusia wujudnya disusun berdasarkan
unsur-unsur material bumi (air, tanah, udara,
api). Unsur air dan tanah dalam tubuh terurai
secara alami melalui proses ilmiah (rumus
ilmu pengetahuan manusia) dan rumus
alamiah (yang sudah berproses melalui
rumus-rumus buatan Tuhan). Unsur tanah
dan air yang sudah berproses akan berubah
bentuk dan wujudnya sebagai bahan baku
utama jasad yang terdiri dari empat unsur
yakni ; daging, tulang, sungsum dan
darah. Sedangkan unsur udara akan
berproses menjadi kegiatan bernafas, lalu
berubah menjadi molekul oksigen dalam darah
dan sel-sel tubuh. Unsur api akan menjadi alat
pembakaran dalam proses produksi jasad,
tenaga, energi magnetis, dan semua energi
yang terlibat dalam memproses atau mengolah
unsur tanah dan air menjadi bahan baku jasad.
Jasad wadag menurut istilah barat
sebagai body atau corpus, merupakan wadah
atau bungkus unsur Tuhan dalam diri manusia.
Unsur wadah tidak bersifat langgeng (baqa'),
sebab unsur wadah terdiri dari bahan baku
bumi, maka ia terkena rumus mengalami
kerusakan sebagaimana rumus bumi.
Unsur Tuhan
Sebaliknya, unsur Tuhan bersifat kekal
abadi tidak terjadi rumus kerusakan. Unsur
Tuhan (Zat Tuhan) dalam tubuh manusia
diwakili oleh metafisik manusia yakni unsur roh
(spirit atau spiritus). Roh merupakan derivasi
unsur Tuhan yang paling paling akhir dan
paling erat dengan bahan baku metafisik
manusia (Baca Posting; Mengungkap Misteri
Tuhan). Dan spirit diartikan sebagai roh, ruh
atau sukma. Roh bersifat suci (roh kudus/ruhul
kuddus), tidak tercemar oleh "polusi" dan
kelemahan-kelemahan duniawi. Karakter roh
adalah berkiblat atau berorientasi kepada
martabat kesucian Tuhan. Arti kata roh sangat
berbeda dengan entitas jiwa (soul), hawa atau
nafas (nafs), animus atau anemos (Yunani),
dalam bahasa Jawa apa yang lazim disebut
nyawa. Sekalipun berbeda istilah, tetapi
memiliki makna yang nyaris sama.
Pertemuan Unsur Bumi dan Unsur Tuhan
Dalam tubuh manusia terdiri atas dua
unsur besar yakni unsur bumi dan unsur
Tuhan. Di antara kedua unsur tersebut
terdapat "bahan penyambung", dalam
literatur barat disebut soul atau jiwa (yang ini
terasa kurang pas), Islam; nafs, Yunani;
anemos, dan dalam bahasa Indonesia; hawa,
Jawa; nyawa (badan alus). Hawa, jiwa, anemos,
soul, atau nyawa merupakan satu entitas yang
kira-kira tidak berbeda maknanya, berfungsi
sebagai media persentuhan atau "lem
perekat" antara roh (spirit) dengan jasad
(body/corpus). Hawa, nafs, anemos, soul, jiwa,
nyawa bermakna sesuatu yang hidup
(bernafas) yang ditiupkan ke dalam corpus
(wadah atau bungkus).
Dalam khasanah hermeneutika dan
bahasa yang ada di nusantara tampak
simpang siur dan tumpang tindih dalam
memaknai jiwa, sukma, roh, dan nyawa. Ini
sekaligus membuktikan bahwa memahami
unsur Tuhan dalam diri manusia memang tidak
sederhana dan semudah yang disebutkan.
Karena obyeknya bersifat gaib, bukan obyek
material. Cara pandang dan penafsiran dari sisi
yang berbeda-beda, menimbulkan
konsekuensi beragamnya makna yang kadang
justru saling kontradiktif. Dengan alasan
tersebut akan saya paparkan lebih jelas
pemetaan tentang jiwa atau hawa dari sudut
pandang budi-daya yang diperoleh melalui
berbagai pengalaman obyek metafisika, dan
intuisi, agar lebih netral dan mudah dipahami
oleh siapa saja tanpa membedakan latar
belakang agama. Dengan asumsi tersebut
diperlukan perspektif yang sederhana namun
mudah dipahami. Kami akan memaparkan
melalui perspektif Javanism atau kejawen,
dengan cara penulisan yang sederhana dan
"membumi".
Hubungan Unsur Tuhan dengan Unsur
Bumi dalam Laku Prihatin
Setiap bayi lahir memiliki tingkat
kesucian yang dapat diumpamakan sebagai
kertas putih bersih. Kesucian berada dalam
wahana nafs atau hawa yang masih bersih
belum tercemar oleh "polusi" keduniawian.
Hawa/nyawa/nafs diuji bolak-balik di antara dua
kutub; yakni kutub jasmaniah yang berpusat di
jasad (corpus) dan kutub ruhaniyah yang
berpusat pada roh (spirit). Unsur roh bersifat
suci dan tidak tersentuh oleh kelemahan-
kelemahan material duniawi (dosa). Roh suci
sebagai "utusan" Tuhan dalam diri manusia
yang dapat membawa ketetapan/pedoman
hidup. Sehingga roh dapat berperan sebagai
obor yang memancarkan cahaya (spektrum)
kebenaran dari Tuhan. Dalam perspektif Jawa
roh suci (utusan Tuhan) tidak lain adalah apa
yang disebut sebagai Guru Sejati. Guru Sejati
tampil sebagai juru nasehat untuk hawa, jiwa
atau nafs.
Hawa Nafsu ; Ibarat Satu Keping Mata
Uang
Hawa (nafs) atau jiwa yang tunduk
kepada roh suci (guru sejati) akan
menghasilkan hawa (nafs) yang disebut nafsu
positif –meminjam istilah Arab— sebagai an-
nafs al-muthmainah.. Sebaliknya jiwa atau
hawa yang tunduk pada keinginan jasad
disebut sebagai nafsu negatif. Nafsu negatif
terdiri tiga macam; nafsu lauwamah (kepuasan
biologis; makan, minum, tidur dst), nafsu
amarah (amarah/angkara murka), dan nafsu
sufiyah (mengejar kenikmatan psikis;
contohnya seks, sombong, narsism, gemar
dipuji-puji). Hawa memiliki dua kutub nafsu
yang bertentangan ibarat satu keping mata
uang yang memiliki dua sisi. Akan tetapi kedua
sisi tidak dapat dipisahkan atau dilihat secara
berbarengan. Apabila kita ingin menampilkan
gambar angka, maka letakkan nilai nominal di
sisi atas, sebaliknya jika kita berkehendak
melihat gambar burung kita letakkan gambar
angka di bawah. Apabila seseorang mengaku
bisa melihat kedua sisi satu keping mata uang
dalam waktu yang sama, maka seseorang
dikatakan berjiwa munafik alias kehidupan
yang palsu hanya berdasarkan pengaku-akuan
bohong.
Manusia Bebas Mencoblos Memilih
Pada setiap bayi lahir, Tuhan telah
menciptakan hawa dalam keadaan putih/suci.
Manusia memiliki kebebasan menentukan
apakah hawa nafsunya akan berkiblat
kepada kesucian yang bersumber pada
roh suci (ruhul kuddus), atau sebaliknya
ingin berkiblat kepada kemungkaran
jasad/raga (unsur duniawi). Apabila
seseorang berkiblat pada kemungkaran akan
menjadi seteru Tuhan dan memiliki
konsekuensi (dosa/karma/hukuman) yang akan
dirasakan kelak setelah menemui ajal (akhirat),
bisa juga dirasakan sewaktu masih hidup di
dunia. Maka peranan semua agama yang
ada di muka bumi adalah pendidikan yang
ditujukan kepada hawa/nafs/jiwa manusia agar
selalu berkiblat kepada rumus Tuhan atau
qodratullah. Sumber dari ilmu dan "rumus
Tuhan" (qodratullah) bisa kita temukan dalam
"perpustakaan" atau gudang ilmu yang
terdekat dengan diri kita, yakni roh suci
(Ruhul-Kuddus/Guru-Sejati/Sukma-Sejati/Rahsa-
Sejati).
Kadang kala Tuhan Maha Pemurah
menganugerahkan seseorang untuk mendapat
"bocoran soal" akan rahasia "ilmu Tuhan"
melalui pintu hati (qalb) yang di sinari oleh
cahyo sejati (nurullah). Yang lazim disebut
sebagai ungkapan dari (hati) nurani. Petunjuk
dari Tuhan ini diartikan sebagai wirayat,
wahyu, risalah, sasmita gaib, ilham, wisik dan
sebagainya. Dalam posting ini kami tidak
membahas model dan macam petunjuk Tuhan
tersebut.
Laku Prihatin adalah Jihad Sejati
"Penundukan" roh terhadap hawa
nafsu negatif adalah penundukkan terhadap
segala yang berhubungan dengan material
(syahwat) atau kenikmatan ragawi. Dengan
kata lain yakni penundukan unsur "Tuhan"
terhadap unsur bumi. Dalam ilmu Jawa
dikatakan sebagai jiwa yang tunduk pada
kareping rahsa / rasa sejati (kehendak Guru
Sejati/kehendak Tuhan), serta meredam
rahsaning karep (kemauan hawa nafsu
negatif). Segenap upaya yang mendukung
proses "penundukan" unsur Tuhan terhadap
unsur bumi dalam khasanah Jawa disebut
sebagai laku prihatin. Dengan laku prihatin,
seseorang berharap jiwanya tidak dikendalikan
oleh keinginan jasad. Maka di dalam khasanah
spiritual Kejawen, laku prihatin merupakan
syarat utama yang harus dilakukan seseorang
menggapai tingkatan spiritualitas sejati.
Seperti ditegaskan dalam serat Wedhatama
(Jawa; Wredhotomo) karya KGPAA
Mangkunegoro IV; bahwa ngelmu iku kalakone
kanthi laku. Laku prihatin dalam istilah Arab
sebagai aqabah, yakni jalan terjal mendaki dan
sulit, karena seseorang yang menjalani laku
prihatin harus membebaskan diri dari
perbudakan syahwat dan hawa nafsu yang
negatif. Di mana ia sebagai sumber
kenikmatan keduniawian. Maka apa yang
disebut sebagai Jihad yang sesungguhnya
adalah perang tanding di medan perang dalam
kalbu antara tentara Muslim nafsu positif
melawan tentara Amerika nafsu negatif.
Disebut kemenangan dalam berjihad apabila
seseorang telah berhasil "meledakkan bom"
di pusat kekuasaan setan (hawa nafsu
negatif) dalam hati kita. "Bahan peledaknya"
bernama C4 dan TNT laku prihatin dan olah
batin (wara' dan amr ma'ruf nahi munkar).
Target Utama dalam "Berjihad" (Laku
Prihatin)
Perjalanan spiritual dalam bentuk laku
prihatin, mempunyai target membentuk hawa
nafsu positif atau nafsul muthmainnah. Karena
si nafs atau hawa tersebut telah stabil dalam
koridor rumus Tuhan (qodrat atau qudrah diri)
atau dalam bahasa sansekerta lazimnya
disebut sebagai swadharma. Roh yang
berada pada tataran pencapaian ini, dalam
bahasa Ibrani, ruh disebut sebagai syekinah
yang diturunkan ke dalam kalbu dan berhasil
merebut (amr) kebaikan (ma'ruf). Jika hawa
tidak berdaya karena kuatnya arus nafsu
negatif yang dimasukkan jasad lewat pintu
panca indera, maka kepribadian manusia
dikuasai oleh "milisi" kekuatan batin yang oleh
Freud diberi nama ego. Ego cenderung
berkiblat pada jasad (duniawi). Maka sudah
menjadi tugas hawa (id) untuk membangkang
dari keinginan ego agar supaya membelot
kepada kekuatan hawa positif (super ego).
Hasilnya maka manusia dapat dikendalikan
sesuai dengan kodrat dirinya sebagai khalifah
Tuhan. Jadilah manusia yang tetap berada
pada orbitNya (qodrat/rumus Tuhan), yakni
apa yang dimaksud menjadi titah jalma
menungsa kang sejati, yaiku nggayuh
kasampurnaning gesang, (untuk meraih)
sastra jendra hayuningrat pangruwating
diyu.
Sangat terasa bahwa Tuhan sungguh
lebih dari Maha Adil, setiap manusia tanpa
kecuali dapat menemukan Tuhan melalui pintu
nafs, jiwa, atau hawanya masing-masing,
karena Tuhan telah membekali jiwa manusia
akan kemampuan menangkap sinyal-sinyal
suci dari Hyang Mahasuci. Sinyal suci yang
diletakkan di dalam rahsa sejati (sirullah) dan
roh sejati (ruhullah). Sudah merupakan rumus
(Tuhan), apabila seseorang dapat meraih
dharma-nya atau kodrat-dirinya sebagai
makhluk ciptaan Tuhan, maka kehidupannya
akan selalu menemui kemudahan. Sebaliknya
hawa nafsu negatif (setan) senantiasa
menggoda hawa/nafs manusia agar supaya
hawanya berkiblat kepada unsur bumi.
Menjadi Pribadi yang Menang
Sepanjang hidup manusia selalu berada di
dalam arena peperangan "Baratayudha/
Brontoyudho" (jihad) antara kekuatan nafsu
positif (Pendawa Lima) melawan nafsu negatif
(100 pasukan Kurawa). Perang berlangsung di
medan perang yang bernama "Padang
Kurusetra" (Kalbu). Peperangan yang paling
berat dan merupakan sejatinya perang (jihad fi
sabilillah) atau perang di jalan kebenaran.
Kemenangan Pendawa Lima diraih tidak
mudah. Dan sekalipun kalah pasukan Kurawa
100 selamanya sulit dibrantas tuntas hingga
musnah. Maknanya sekalipun hawa nafsu
positif telah diraih, artinya hawa nafsu negatif
(setan) akan selalu mengincar kapan saja si
hawa lengah. Kejawen mengajarkan berbagai
macam cara untuk memenangkan peperangan
besar tersebut. Di antaranya dengan laku
prihatin untuk meraih kemenangan melalui
empat tahapan yang harus dilaksanakan
secara tuntas. Empat tahapan tersebut
dikiaskan ke dalam nada suara salah instrumen
Gamelan Jawa yang dinamakan Kempul atau
Kenong dan Bonang yang menimbulkan bunyi;
Neng, Ning, Nung, Nang.

1. Neng; artinya jumeneng, berdiri,
sadar atau bangun untuk melakukan
tirakat, semedi, maladihening, atau
mesu budi. Konsentrasi untuk
membangkitkan kesadaran batin,
serta mematikan kesadaran jasad
sebagai upaya menangkap dan
menyelaraskan diri dalam frekuensi
gelombang Tuhan.

2. Ning; artinya dalam jumeneng kita
mengheningkan daya cipta (akal-
budi) agar menyambung dengan
daya rasa- sejati yang menjadi sumber
cahaya nan suci. Tersambungnya
antara cipta dengan rahsa akan
membangun keadaan yang wening.
Dalam keadaan "mati raga" kita
menciptakan keadaan batin (hawa/
jiwa/nafs) yang hening, khusuk, bagai
di alam "awang-uwung" namun jiwa
tetap terjaga dalam kesadaran
batiniah. Sehingga kita dapat
menangkap sinyal gaib dari sukma
sejati.

3. Nung; artinya kesinungan. Bagi
siapapun yang melakukan Neng, lalu
berhasil menciptakan Ning, maka
akan kesinungan (terpilih dan pinilih)
untuk mendapatkan anugrah agung
dari Tuhan Yang Mahasuci. Dalam
Nung yang sejati, akan datang cahaya
Hyang Mahasuci melalui rahsa lalu
ditangkap roh atau sukma sejati,
diteruskan kepada jiwa, untuk diolah
oleh jasad yang suci menjadi
manifestasi perilaku utama
(lakutama). Perilakunya selalu
konstruktif dan hidupnya selalu
bermanfaat untuk orang banyak.

4. Nang; artinya menang; orang yang
terpilih dan pinilih (kesinungan), akan
selalu terjaga amal perbuatan
baiknya. sehingga amal perbuatan
baik yang tak terhitung lagi akan
menjadi benteng untuk diri sendiri. Ini
merupakan buah kemenangan
dalam laku prihatin. Kemenangan
yang berupa anugrah, kenikmatan,
dalam segala bentuknya serta meraih
kehidupan sejati, kehidupan yang
dapat memberi manfaat (rahmat)
untuk seluruh makhluk serta alam
semesta. Seseorang akan meraih
kehidupan sejati, selalu kecukupan,
tentram lahir batin, tak bisa dicelakai
orang lain, serta selalu menemukan
keberuntungan dalam hidup (meraih
ngelmu beja).
Neng adalah syariatnya, Ning adalah
tarekatnya, Nung adalah hakekatnya, Nang
adalah makrifatnya. Ujung dari empat tahap
tersebut adalah kodrat (sastrajendra
hayuning Rat pangruwating diyu).

Smber

Kamis, 05 September 2013

Doa Dzulfaqor

Doa Dzulfaqor

yang termasuk salah satu doa yang suka dibaca oleh Rosululloh Muhammad S.A.W. Inilah Doa Dzulfaqor yang dimaksud:



BISMILLAHIR ROHMAANIR ROHIIM.

SUBHAANAKA ANTALLOOHU LAA ILAAHA ILLAA

ANTARROHMANUR ROHIIM.

SUBHAANAKA ANTALLOOHU LAA ILAAHA ILLAA

ANTASSALAAMUL MU'MIIN.

SUBHAANAKA ANTALLOOHU LAA ILAAHA ILLAA

ANTAL MUHAIMINUL AZIIZ.

SUBHAANAKA ANTALLOOHU LAA ILAAHA ILLAA

ANTAL MUSHOWWIRUL HAKIIM.

SUBHAANAKA ANTALLOOHU LAA ILAAHA ILLAA

ANTAS SAMII'UL ALIIM.

SUBHAANAKA ANTALLOOHU LAA ILAAHA ILLAA

ANTAL BASHIIRUSH SHOODIQ.

SUBHAANAKA ANTALLOOHU LAA ILAAHA ILLAA

ANTA ALAAMUL GHUYUUB.

SUBHAANAKA ANTALLOOHU LAA ILAAHA ILLAA

ANTA KHOOLIQUL BAARII.

SUBHAANAKA ANTALLOOHU LAA ILAAHA ILLAA

ANTAL QOOHIR.

SUBHAANAKA ANTALLOOHU LAA ILAAHA ILLAA

ANTARROOZIQUR ROZZAQ.

SUBHAANAKA ANTALLOOHU LAA ILAAHA ILLAA

ANTA LAM YALID WA LAM YUULAD WALAM YAKUL

LAHU KUFUWAN AHAD.

SUBHAANAKA FASTAJIB LII WA NAJJINII MINAL

KARBI WAL GHOMMI WA KADZAALIKA NUNJIL

MU'MINIINA WA ZAKARIYYAA WA YAHYAA WA

IISAA IDZ NAADAA ROBBAHU ROBBI LAA

TADZARNII FARDAN WA ANTA KHOIRUL

WAARITSIIN.

SUBHAANA ROBBIKA ROBBIL IZZATI AMMAA

YASHIFUUN WA SALAMUN ALAL MURSALIIN

WALHAMDU LILLAHI ROBBIL AALAMIIN.



Doa Dzulfaqor ini Insya Allah khasiatnya banyak

sekali. Silahkan diamalkan secara istiqomah.

Semoga barokah & bermanfaat untuk kita semua.

Amiin. Alloh yang maha pengasih lagi maha penyayang,, dan alloh senang dengan hambanya yang senantiasa berdoa bermunajat kepadanya,,

Tentang Doa Nurbuat


Do’a Nurbuat terbilang cukup populer bagi kaum muslimin di Indonesia, terutama dikalangan santri ponpes Salafiyah. Do’a ini dinamakan dengan “Doa Nurbuat” mungkin berasal dari kata bahasa Arab Nurun Nubuwwah (Arab, نور النبوة ) atau cahaya kenabian. Do’a ini biasanya dapat kita jumpai dalam kitab kecil yang berisi kumpulan do’a seperti kitab majmu’ syarif. Sebagian orang menyatakan bahwa do’a ini berasal dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diajarkan oleh Malaikat Jibrilalaihissalam.

Tapi anehnya, do’a yang -katanya- memiliki banyak fadhilah ini tidak disebutkan dalam satu pun kitab-kitab Induk Hadits. Tidak diketahui siapa yang meriwayatkannya, bahkan salah seorang Tokoh Habaib terkemuka di Jakarta pun menyatakan bahwa dirinya belum menemukan sanad tsiqoh dari pembuat do’a tersebut. Suatu hal yang sangat aneh memang, sesuatu yang dinisbatkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tapi hingga saat ini belum diketahui siapa yang meriwayatkannya.

Sekedar mengingatkan sebagai sesama kaum muslimin supaya kita jangan bergampangan dalam mengatakan suatu aqidah atau ibadah tertentu sebagai ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tanpa disertai dengan bukti dan dalil yang kuat. Karena perbuatan tersebut dapat menjerumuskan pelakunya dalam ancaman yang sangat berat. Dalam hadits shahih disebutkan :

مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا , فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

“Barang siapa dengan sengaja berdusta atas namaku, maka hendaknya dia siap menempati Neraka” (HR. Bukhari-Muslim)

Diantara dalil yang dijadikan sandaran oleh orang yang mengamalkan do’a ini adalah riwayat sebagai berikut :

1. “Dikisahkan bahwa Rasulullah setelah sholat subuh duduk di masjid bersama para sahabat. Kemudian datanglah malaikat Jibril membawa doa Nurbuat seraya berkata: “Aku diutus oleh Allah membawa doa Nurbuat untuk diserahkan kepadamu (Rasulullah).”

Setelah membawakan kisah tersebut, penulisnya tidak menyebutkan siapa yang meriwayatkan dan di dalam kitab apa atau dari mana dia menukilnya.

2. Ibnu Katsir dalam Tafsir Ibnu Kathir meriwayatkan sebuah hadits riwayat Ibnu Asakir :

عن علي – رضي الله عنه – : ( أن جبريل أتى النبي صلى الله عليه وسلم فوافقه مغتماً فقال : يا محمد ، ما هذا الغم الذي أراه في وجهك ؟ قال ” الحسن والحسين أصابتهما عين ” قال : صدِّق بالعين ، فإن العين حق ، أفلا عوذتهما بهؤلاء الكلمات ؟ قال : ” وما هن يا جبريل ” قال : قل اللهم ذا السلطان العظيم ، ذا المن القديم ، ذا الوجه الكريم ، ولي الكلمات التامات ، والدعوات المستجابات ، عافِ الحسن والحسين من أنفس الجن وأعين الإنس
فقالها النبي صلى الله عليه وسلم فقاما يلعبان بين يديه ، فقال النبي صلى الله عليه وسلم : ” عوّذوا أنفسكم ونساءكم وأولادكم بهذا التعويذ ، فإنه لم يتعوذ المتعوذون بمثله

Artinya: Dari Ali bin Abi Thalib bahwa malaikat Jibril datang pada Nabi yang sedang tampak sedih. Jibril bertanya: Wahai Muhammad, kenapa wajahmu tampak sedih? Nabi menjawab: Hasan dan Husain sedang sakit mata. Jibril berkata: sembuhkan matanya karena mata punya hak. Apakah kamu tidak mendoakan keduanya dengan kalimat-kalimat itu? Nabi bertanya: Kalimat apa? Jibril menjawab: Katakan “اللهم ذا السلطان العظيم ذا المن القديم ، ذا الوجه الكريم ، ولي الكلمات التامات ، والدعوات المستجابات ، عافِ الحسن والحسين من أنفس الجن وأعين الإنس” Kemudian Nabi mengucapkan doa tersebut maka Hasan dan Husain langsung dapat berdiri dan bermain di sekitar Nabi. Nabi bersabda: mintalah perlindungan untuk dirimu, istrimu dan anak-anakmu dengan doa ini. [Tarikh Dimasyq no. 9434]

Yang perlu dicermati adalah teks do’a dalam riwayat tersebut berbeda dengan teks do’a nurbuat yang beredar di masyarakat. Sehingga tidak benar jika ada yang berkata do’a nurbuat ini berasal dari Nabi dengan dalil riwayat ini. Karena kenyataannya antara riwayat ini dan do’a nurbuat berbeda sangat jauh, disamping banyak kejanggalan dalam susunan kalimat dalam do’a nurbuat yang akan disebutkan nanti, Insya Allah.

Berikut teks do’a nurbuat yang terdapat kitab Majmu’ Syarif dan semisalnya. Perhatikanlah, sungguh berbeda antara do’a nurbuat ini dengan do’a yang terdapat dalam riwayat Ibnu Asakir di atas.

اَللّٰهُمَّ ذِى السُّلْطَانِ الْعَظِيْمِ ، وَذِى الْمَنِّ الْقَدِيْمِ ، وَذِي الْوَجْهِ الْكَرِيْمِ ، وَوَلِيِّ الْكَلِمَاتِ التَّآمَّاتِ ، وَالدَّعَوَاتِ الْمُسْتَجَابَةِ ، عَاقِلِ الْحَسَنِ وَالْحُسَيْنِ مِنْ اَنْفُسِ الْحَقِّ ، عَيْنِ الْقُدْرَةِ والنَّاظِرِيْنَ ، وَعَيْنِ الْاِنْسِ وَالْجِنِّ ، وَاِنْ يَّكَادُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَيُزْ لِقُوْنَكَ بِاَبْصَارِهِمْ لَمَّا سَمِعُوا الذِّكْرَ وَيَقُوْلُوْنَ اِنَّهُ لَمَجْنُوْنَ ، وَمَا هُوَ اِلاَّ ذِكْرٌ لِلْعَالَمِيْنَ ، وَمُسْتَجَابُ لُقْمَانَ الْحَكِيْمِ ، وَوَرِثَ سُلَيْمَانُ دَوُدَ عَلَيْهِمَا السَّلَامُ الْوَدُوْدُ ذُو الْعَرْشِ الْمَجِيْدِ ، طَوِّلْ عُمْرِيْ ، وَصَحِّحْ اَجْسَادِيْ ، وَاقْضِ حَاجَتِيْ ، وَاَكْثِرْ اَمْوَالِيْ وَاَوْلَادِيْ ، وَحَبِّبْ لِلنَّاسِ اَجْمَعِيْنَ ، وَتَبَاعَدِ الْعَدَاوَةَ كُلَّهَا مِنْ بَنِيْ آدَمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ ، مَنْ كَانَ حَيًّا وَّيَحِقَّ الْقَوْلُ عَلَي الْكَافِرِيْنَ ، وَقُلْ جَآءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ، اِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوْقًا ، وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْاٰنِ مَاهُوَ شِفَآءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِيْنَ ، وَلَايَزِيْدُ الظَّالِمِيْنَ اِلَّا خَسَارًا ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ ، وَسَلَامٌ عَلَي الْمُرْسَلِيْنَ ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ


Ya Allah, Zat Yang memiliki kekuasaan yang agung, yang memiliki anugerah yang terdahulu, memiliki wajah yang mulia, menguasai kalimat-kalimat yang sempurna, dan doa-doa yang mustajab, penanggung Hasan dan Husain dari jiwa-jiwa yang haq, dari pandangan mata yang memandang, dari pandangan mata manusia dan jin.

Dan sesungguhnya orang-orang kafir benar-benar akan menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, ketika mereka mendengar Al-Quran dan mereka berkata: “Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila, dan Tiadalah itu semua melainkan sebagai peringatan bagi seluruh alam. Allah yang mengabulkan do’a Luqmanul Hakim dan mewariskan Sulaiman bin Daud A.S. Allah adalah Zat Yang Maha Pengasih lagi memiliki singgasana yang Mulia, panjangkanlah umurku, sehatlah jasad tubuhku , kabulkan hajatku, perbanyakkanlah harta bendaku dan anakku, cintakanlah semua manusia, dan jauhkanlah permusuhan dari anak cucu Nabi Adam A.S., orang-orang yang masih hidup dan semoga tetap ancaman siksa bagi orang-orang kafir. Dan katakanlah: “Yang haq telah datang dan yang batil telah musnah, sesungguhnya perkara yang batil itu pasti musnah”.

Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan Al-Quran tidak akan menambah kepada orang-orang yang berbuat aniaya melainkan hanya kerugian. Maha Suci Allah Tuhanmu Tuhan Yang Maha Mulia dari sifat-sifat yang di berikan oleh orang-orang kafir.Dan semoga keselamatan bagi para Rasul.Dan segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam.

Disamping berbedanya teks do’a dalam riwayat Ibnu Asakir dan do’a nurbuat, kita bisa lihat bahwa ada banyak kejanggalan dalam doa nurbuat, diantaranya:

1. Kesalahan dalam tata bahasa. Teks bagian awal doa ini tidak sesuai dengan kaidah nahwu (tata bahasa Arab). Teks yang keliru:

[اللَّهُمَّ ذِى السُّلْطَانِ]

seharusnya, dibaca [ذَا] dengan huruf alif (sebagaimana riwayat Ibnu Asakir) bukan [ذِى] dengan huruf ya’. Karena Munada Mudhaf harusnya mansub bukan majrur. Namun, anehnya, kesalahan semacam ini terjadi secara berulang-ulang, yaitu di bagianma’thufnya.

Demikian pula pada bagian [وَذِى الـمَنِّ القَدِيم] seharusnya [وَذَا الـمَنِّ القَدِيم], pada bagian [وَذِى الوَجْه الكَرِيم] seharusnya [وَذَا الوَجْه الكَرِيم], dan pada bagian [وَوَلِيِّ الكَلِمَات التآمات] seharusnya [وَوَلِيَّ الكَلِمَاتِ التآمَاتِ] dengan harakat fathah.

2. Susunan kalimat yang tidak sistematis dan tidak memiliki kaitan. Di bagian awal doa, isinya memuji Allah, kemudian tiba-tiba dikutip ayat:

وَإِن يَكَادُ الذِّينَ كَفَرُوا لَيُزْلِقُونَكَ بِأَبصَارِهِم…

“Hampir saja orang-orang kafir hendak menjatuhkanmu dengan pandangan mata mereka.”

Ayat ini menceritakan tentang sikap orang kafir yang hendak menyerang Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam dengan penyakit ‘ain (penyakit karena pandangan hasad). Sehingga mereka bisa membunuh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari jauh.

Jika kita perhatikan, ayat ini tidak memiliki keterkaitan langsung ayat ini dengan pujian untuk Allah dalam bait sebelumnya.

3. Isi permintaan yang tidak tepat. Dalam doa tersebut ada permintaan:

[طَوِّلْ عُمْرِي]

Panjangkanlah umurku.

Umur panjang secara mutlak bukanlah hal yang terpuji. Karena umur panjang belum tentu berkah. Lebih tepat jika meminta keberkahan umur bukan meminta umur panjang. Sebagaimana yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mendoakan Anas bin Malik:

اللَّهُمَّ أَكْثِرْ مَالَهُ وَوَلَدَهُ ، وَبَارِكْ لَهُ فِيمَا أَعْطَيْتَهُ

“Ya Allah, perbanyaklah harta dan anaknya, serta berkahilah apa yang engkau karuniakan padanya.” (HR. Bukhari no. 6334 dan Muslim no. 2480)

Nabi tidak mendoakan secara mutlak, tapi beliau iringi dengan doa keberkahan.

Syekh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin pernah ditanya tentang hukum memberikan ucapan “semoga panjang umur” Syekh mejawab, Tidak selayaknya mengucapkan “semoga panjang umur” secara mutlak, tanpa diikuti dengan kriteria yang lain. Karena panjang umur terkadang baik dan terkadang buruk. Padahal, manusia terjelek adalah orang yang panjang umurnya dan jelek amalnya. Oleh karena itu, andaikan ucapan yang disampaikan, “Semoga Allah memanjangkan usiamu di atas ketaatan” atau yang semacamnya maka ini tidak mengapa. (Fatawa as-Syimaliyah, Hal. 24)

4. Keutamaan yang terlalu berlebihan. Para aktivis pembaca doa ini menceritakan bahwa doa nurbuat memiliki banyak keutamaan. Namun, kebanyakan keutamaan tersebut, hanya terkait kesenangan dunia. Padahal prinsip doa yang diajarkan syariat lebih banyak untuk kepentingan akhirat. Kalaupun isinya memohon kebaikan dunia, pasti juga diiringi dengan permohonan kebaikan akhirat. Diantara keutamaan yang aneh pada doa ini:
Dapat bertemu dengan Jin, bisa merubah rupa.
Dapat disayangi oleh musuh, jika dibaca ketika hendak keluar rumah.
Dapat menjadi penjaga rumah dari gangguan jin, sihir, santet dan bahaya lainnya, jika ditulis lalu disimpan di dalam rumah. (Mungkin inilah yang melatar-belakangi kebiasaan orang yang menggantung jimat di depan rumah).
Dapat memperlihatkan hal-hal yang indah, jika dibaca 100 kali pada malam Sabtu.
Dapat awet muda jika dibaca setiap malam Minggu.
Dapat menjadikan wajah tampak lebih tampan/cantik jika dibaca setiap malam Kamis.
Dan masih banyak keutamaan lainnya, yang semuanya mungarah pada kerakusan terhadap dunia.

Bahkan dalam salah satu blog disebutkan tatacara untuk meraih keutamaan tersebut, waktu dan jumlah bacaannya. Penulisnya bahkan berani menisbatkan tatacara tersebut kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan beberapa hal :
Tidak ada riwayat yang menyebutkan bahwa do’a Nurbuat berasal dari ajaran Nabi atau diajarkan oleh Nabi
Riwayat Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyq bukanlah dalil bagi do’a nurbuat. Riwayat ini pun perlu diteliti kembali karena adanya perawi yang bernama Al-Harits Al-A’war dia dinyatakan dha’if oleh para Ulama bahkan dinyatakan tertuduh berdusta, selain itu tertuduh juga sebagai penganut Rafidhah.
Keutamaan-keutamaan yang mencapai tiga puluhan keutamaan tersebut hanyalah sebuah kedustaan lain yang disandarkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Hendaknya kita mengamalkan do’a-do’a yang jelas-jelas berasal dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Tidak mungkin doa nurbuat berasal dari ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena itu, tidak selayaknya untuk dibaca.
Hendaknya kita tidak bergampangan dalam menyandarkan sesuatu kepada agama ini tanpa dilandasi dalil yang jelas.

Allahu a’lam. yang jelas alloh suka akan hambanya yang mau memohon dan berdoa serta memuji asma indahnya.

Keris Kyai Carubuk, Senjata Pusaka Sunan Kalijaga

Keris Kyai Carubuk, Senjata Pusaka Kanjeng Sunan Kalijaga. Terkait keris pusaka dan sakti di Indonesia, dalam khanazah sejarah dan budaya nusantara, kebanyakan keris sakti berasal dari pulau Jawa, terutama di era kejayaan KerajaanMajapahit. Banyak cerita, kisah dan juga mitos seputar keris. Konon, keris yang memiliki kesaktiantidak sembarangan bisa dimiliki, harus memiliki kecocokan atau berjodoh dengan yang memegangnya. Banyak yang meyakini juga keris yang sakti bisa berdiri sendiri jika diminta oleh pemegangnya, dan banyak lagi cerita lainnya tentang kesaktian keris ini. Kali ini, infomistik akan membawa anda ke wilayah kajian keris pada konteks sejarah. Terkait sejarah ini, ada bebeberapa keris yang terkenal dan paling populerdi Indonesia, salah satunya adalah Keris Kyai Carubuk, Senjata Pusaka Kanjeng Sunan Kalijaga
Keris Kyai Carubuk ini adalah mahakarya ketiga dari Mpu Supa Madrangi selain Keris Kyai Sangkelatdan Keris Kyai Nagasasra. Keris ini juga merupakanpeninggalan Mahapahit.
Dalam satu legenda dikisahkan, Kanjeng Sunan Kalijaga meminta tolong kepada Mpu Supa Mandragi untuk dibuatkan sebuah keris coten-sembelih (untuk menyembelih kambing). Sunan Kaljaga memberikan besi yang ukurannya sebesar biji asam jawa sebagai bahan pembuatan keris kepada Mpu Supa Mandrangi. Mengetahui besarnya calon besi tersebut, Empu Supa sedikit terkejut. Namun setelah Mpu Supa menerima besi tersebut dari Kanjeng Sunan Kalijaga, Ia berkata "besi ini bobotnya berat sekali, tak seimbang dengan besar wujudnya dan tidak yakin apakah cukup untuk dibuat keris". Lalu Sunan Kalijaga berkata "besi itu tidak hanya sebesar biji asam jawa tetapi besarnya seperti gunung". Karena ampuhnya perkataan Kanjeng Sunan Kalijaga, pada waktu itu juga besi yang sebesar biji asam jawa tersebut menjelma menjadi sebesar gunung. Hati empu Supa menjadi gugup, karena mengetahui bahwa Kanjeng Sunan Kalijaga memang benar-benar wali yang dikasihi oleh Sang Pencipta Kehidupan, yang bebas mencipta apapun. Lantaran itu, empu Supa berlutut dan takut.
Ringkas cerita, besipun kemudian dikerjakan oleh Mpu Supa Mandrangi. Tidak lama kemudian, jadilah sebilah keris, kemudian Mpu Supa Mandrangi menyerahkan keris tersebut kepada Kanjeng Sunan Kalijaga. Begitu melihat bentuk kerisnya, Kanjeng Sunan Kalijaga menjadi kaget karena hasil kejadian keris itu berbeda jauh sekali dengan yang dimaksudkan. Semula ia bermaksud meminta dibuatkan keris untuk menyembelih kambing, ternyata yang dihasilkan adalah keris Jawa (baca Nusantara) asli Majapahit, luk tujuhbelas. Begitu mengetahui keindahan keris, perasaan Kanjeng Sunan Kalijaga tersentuh, oleh karena itu mengamatinya sempai puas tidak bosan-bosannya. Kemudian ia berkata sambil tertawa dan memuji keindahan keris itu.
Kemudian Kanjeng Sunan Kaljaga memberikan besisebesar biji kemiri kepada Mpu Supa Mandrangi dan meminta Mpu Supa Mandrangi untuk membuatkannya sebilah keris lagi. Lalu Empu Supa mengerjakannya, dan setelah dikerjakan, jadilah sebilah keris mirip pedang suduk (seperti golok atau belati). Kemudian Mpu Supa Mandrangi menyerahkan keris tersebut kepada Kanjeng Sunan Kaljaga. Begitu mengetahui wujud keris yang dihasilkan, Kanjeng Sunan Kalijaga sangat senang hatinya dan menamai keris tersebut dengan nama "Keris Kyai Carubuk".
Keris Kyai Carubuk ini kemudian menjadi senjata pusaka Sultan hadiwijaya, dan pernah digunakan bahkan sanggup mengalahkan keris Kyai Setan Kobermilik arya penangsang yang ketika itu digunakan oleh pesuruh Arya Penangsang untuk melakukan percobaan pembunuhan kepada SultanHadiwijaya. Karena utusan Arya Penangsang dapatdikalahkan, keris Kyai Setan Kober diambil oleh Sultan Hadiwjaya, lalu dikembalikan sendiri oleh Sultan Hadiwjaya kepada Arya Penangsang yang membuat Arya Penangsang tersinggung dan marah. Karena Arya Penangsang tersinggung dan marah, maka timbul kerbutan antara Arya Penangsang dan Sultan Hadiwijaya, dan keributan tersebut dapat dihentikan oleh Kanjeng Sunan Kudus.